Tradisi
Rebo Wekasan di Kota Kudus
Muna
Nur Aisya
2611414024
Jurusan
Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang
Sekaran, Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah
ABSTRAK
Rebo
Wekasan adalah kegiatan ritual berdoa bersama dan perayaan
keselamatan sebagai penolak balak yang dipercayai oleh masyarakat. Hampir semua
masyarakat terutama masyarakat Jawa melakukan ritual tersebut. Biasanya
perayaan ini dilakukan disetiap desa ataupun dukuh masing-masing daerah.
Tradisi ini dimeriahkan dengan acara kirab dan dilanjutkan acara berdoa bersama
pada malam Rebo Wekasan. Tradisi ini dilakukan pada hari rabu akhir bulan
shafar, bulan kedua pada penanggalan hijjriyah islam. Masyarakat menikmatinya
dengan acara kirab pada hari selasa sebelum hari rabu.
Kata kunci : tradisi, Rebo Wekasan, Kudus
Pendahuluan
Kudus
merupakan kabupaten dengan wilayah terkecil dan jumlah kecamatan paling sedikit
di Jawa Tengah. Kabupaten Kudus terdiri atas 9 kecamatan, yang dibagi lagi
atas123 desa dan 9 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di kecamatan kota
Kudus. Sebagian besar masyarakatnya beragama islam, sehingga budaya yang
terdapat pada daerah kudus sudah berakulturasi dengan budaya islam.
Budaya
atau kebudayaan berasal dari bahasa sanskerta yaitu buddayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Rebo Wekasan merupakan salah satu
budaya yang terdapat di kabupaten Kudus. Masyarakat sering melaksanakan budaya
terseebut dari dulu hingga sekarang. Dilaksanakan pada bulan shafar dalam
penanggalan hijriyah islam. Budaya Rebo Wekasan biasanya dilaksnakan dalam
bentuk selametan atau syukuran dan kirab. Pelaksanaan selametan biasanya
dilaksanakan pada malam hari setelah shalat magrib, dalam bentuk doa bersama
memohon kepada Yang Maha Kuasa agar diberi keselamatan. Acara kira dilaksanakan
dengan cara menontonkan rentetan orang-orang yang berjalan mengelilingi desa.
Permasalahan
utama yang dihadapi dalam lingkup masyarakat adalah masyarakat kurang memahami
budaya tradisi ini. Mereka lebih cenderung berpartisipasi dalam tradisi
tersebut tanpa mengetahui maksud dari setiap prosesi pada tradisi tersebut.
Untuk itu dengan adanya makalah ini massyarakat lebih memahami maksud dari Rebo
Wekasan.
Hasil
dan Pembahasan
Rebo
Wekasan adalah ritual berdoa bersama dan perayaan keselamatan sebagai penolak
balak yang dipercayai oleh masyarakat. Rebo dalam bahasa jawa adalah hari rabu,
sedangkan wekasan adalah pungkasan atau terakhir jadi disebut Rebo Wekasan.Rebo
wekasan ini dilaksanakan pada hari rabu terakhir bulan shafar, bulan shafar
adalah bulan kedua dalam penanggalan hijriyah islam. Pada jaman jahiliyah,
masyarakat jahiliyah kuno, termasuk bangsa Arab, sering mengatakan bulan shafar
adalah bulan Tasa’um atau kesialan. Anggapan ini masih diyakini sebagian umat
muslim hingga saat ini, termasuk sebagian bangsa Indonesia, khususnya
masyarakat Jawa.
Dalam
kitab Al-Jawahir al-Khoms, Syech Kamil Fariduddin as-Syukarjanji dihalaman ke
5, disebutkan pada tiap tahun hari rabu terakhir di bulan Safar, Allah akan
menurukan 320.000 bala bencana atau penyakit ke muka bumi. Hari itu akan
menjadi hari-hari yang paling sulit diantara hari-hari dalam satu tahun. Sehingga
dalam upaya tolak balak itu, diadakanlah ritual-ritual tertentu di malam Rebo
Wekasan. Di antara ritual tersebut adalah dengan mengerjakan salat empat
rakaat, yang diistilahkan dengan salat sunnah lidafil bala yaitu salat sunnah
untuk menolak balak. Sampai sekarang masyarakat masih melaksanakan ritual
tradisi Rebo Wekasan. Dan masyarakat mempercayai jika pada hari Rebo Wekasan
tidak boleh beraktivitas seperti biasanya, karena akan mendapatkan balak atau
bencana. Kepercayaan itu masyarakat dapatkan
dari para ulama agama islam pada jaman dulu.
Di
desa Ngembal Kulon melakukan acara ritual ini dengan cara berdoa bersama pada
malam Rebo Wekasan. Acara ritual ini dilaksanakan disetiap dukuh. Pada dukuh
Tambakboyo melaksanakannya dengan cara berdoa bersama di masjid setelah shalat
magrib berjamaah. Para warga membawa makanan masing-masing tiga kardus berupa
nasi gudangan sembilan macam sayur, telur, tahu dan tempe. Makanan tersebut
akan dibagikan kembali secara acak setelah berdoa bersama selesai. Sebelum
berdoa bersama melakukan shalat lidaf’ilbala’ empat rakaat dengan membaca surat
al-fatihah dahulu selanjutnya membaca surat al-kautsar 17 kali, surat al-ikhlas
5 kali, surat al-falaq dan surat an-Nas masing-masing 1 kali, sebelum
melaksanakan shalat membaca istigfar. Sedangkan pada desa Jepang Pakis para
warga desa merayakan tradisi ini dengan malaksanakan acara kirab pada hari
selasa sebelum hari Rebo Wekasan.
Simpulan
Rebo Wekasan ini
berawal dari kepercayaan pada jaman jahiliyah kuno yang menganggap bulan shafar
adalah bulan Tasa’um atau kesialan. Tradisi ini masih diyakini oleh masyarakat
sampai sekarang ini. Di indonesia tepatnya di wilayah Pulau Jawa sangatlah
kental dengan tradisi Rebo Wekasan. Sehingga masyarakat melakukan tradisi ini
dengan cara berdoa bersama pada malam rebo wekasan dan acara kirab dilakukan
pada siang hari dihari selasa. Tradisi ini dilaksanakan pada bulan shafar dalam
penanggalan hijriyah islam. Tujuan dari
pelaksanaan tradisi ini adalah untuk diberikan keselamatan oleh Sang Maha Kuasa
dari berbagai bentuk kesialan, bencana atau penyakit. Pada setiap daerah terdapat
berbagai macam cara untuk memeriahkan dan melaksanakan acara Rebo Wekasan.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar