Jumat, 08 Januari 2016

Rebo Wekasan



Tradisi Rebo Wekasan di Kota Kudus
Muna Nur Aisya
2611414024
Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang Sekaran, Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah
No.Hp : 089674491112, E-mail : isyazhuma@gmail.com


ABSTRAK

Rebo Wekasan adalah kegiatan ritual berdoa bersama dan perayaan keselamatan sebagai penolak balak yang dipercayai oleh masyarakat. Hampir semua masyarakat terutama masyarakat Jawa melakukan ritual tersebut. Biasanya perayaan ini dilakukan disetiap desa ataupun dukuh masing-masing daerah. Tradisi ini dimeriahkan dengan acara kirab dan dilanjutkan acara berdoa bersama pada malam Rebo Wekasan. Tradisi ini dilakukan pada hari rabu akhir bulan shafar, bulan kedua pada penanggalan hijjriyah islam. Masyarakat menikmatinya dengan acara kirab pada hari selasa sebelum hari rabu.
Kata kunci : tradisi, Rebo Wekasan, Kudus

Pendahuluan
Kudus merupakan kabupaten dengan wilayah terkecil dan jumlah kecamatan paling sedikit di Jawa Tengah. Kabupaten Kudus terdiri atas 9 kecamatan, yang dibagi lagi atas123 desa dan 9 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di kecamatan kota Kudus. Sebagian besar masyarakatnya beragama islam, sehingga budaya yang terdapat pada daerah kudus sudah berakulturasi dengan budaya islam.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sanskerta yaitu buddayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Rebo Wekasan merupakan salah satu budaya yang terdapat di kabupaten Kudus. Masyarakat sering melaksanakan budaya terseebut dari dulu hingga sekarang. Dilaksanakan pada bulan shafar dalam penanggalan hijriyah islam. Budaya Rebo Wekasan biasanya dilaksnakan dalam bentuk selametan atau syukuran dan kirab. Pelaksanaan selametan biasanya dilaksanakan pada malam hari setelah shalat magrib, dalam bentuk doa bersama memohon kepada Yang Maha Kuasa agar diberi keselamatan. Acara kira dilaksanakan dengan cara menontonkan rentetan orang-orang yang berjalan mengelilingi desa.
Permasalahan utama yang dihadapi dalam lingkup masyarakat adalah masyarakat kurang memahami budaya tradisi ini. Mereka lebih cenderung berpartisipasi dalam tradisi tersebut tanpa mengetahui maksud dari setiap prosesi pada tradisi tersebut. Untuk itu dengan adanya makalah ini massyarakat lebih memahami maksud dari Rebo Wekasan.

Hasil dan Pembahasan
Rebo Wekasan adalah ritual berdoa bersama dan perayaan keselamatan sebagai penolak balak yang dipercayai oleh masyarakat. Rebo dalam bahasa jawa adalah hari rabu, sedangkan wekasan adalah pungkasan atau terakhir jadi disebut Rebo Wekasan.Rebo wekasan ini dilaksanakan pada hari rabu terakhir bulan shafar, bulan shafar adalah bulan kedua dalam penanggalan hijriyah islam. Pada jaman jahiliyah, masyarakat jahiliyah kuno, termasuk bangsa Arab, sering mengatakan bulan shafar adalah bulan Tasa’um atau kesialan. Anggapan ini masih diyakini sebagian umat muslim hingga saat ini, termasuk sebagian bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Jawa.
Dalam kitab Al-Jawahir al-Khoms, Syech Kamil Fariduddin as-Syukarjanji dihalaman ke 5, disebutkan pada tiap tahun hari rabu terakhir di bulan Safar, Allah akan menurukan 320.000 bala bencana atau penyakit ke muka bumi. Hari itu akan menjadi hari-hari yang paling sulit diantara hari-hari dalam satu tahun. Sehingga dalam upaya tolak balak itu, diadakanlah ritual-ritual tertentu di malam Rebo Wekasan. Di antara ritual tersebut adalah dengan mengerjakan salat empat rakaat, yang diistilahkan dengan salat sunnah lidafil bala yaitu salat sunnah untuk menolak balak. Sampai sekarang masyarakat masih melaksanakan ritual tradisi Rebo Wekasan. Dan masyarakat mempercayai jika pada hari Rebo Wekasan tidak boleh beraktivitas seperti biasanya, karena akan mendapatkan balak atau bencana. Kepercayaan itu masyarakat dapatkan  dari para ulama agama islam pada jaman dulu.
Di desa Ngembal Kulon melakukan acara ritual ini dengan cara berdoa bersama pada malam Rebo Wekasan. Acara ritual ini dilaksanakan disetiap dukuh. Pada dukuh Tambakboyo melaksanakannya dengan cara berdoa bersama di masjid setelah shalat magrib berjamaah. Para warga membawa makanan masing-masing tiga kardus berupa nasi gudangan sembilan macam sayur, telur, tahu dan tempe. Makanan tersebut akan dibagikan kembali secara acak setelah berdoa bersama selesai. Sebelum berdoa bersama melakukan shalat lidaf’ilbala’ empat rakaat dengan membaca surat al-fatihah dahulu selanjutnya membaca surat al-kautsar 17 kali, surat al-ikhlas 5 kali, surat al-falaq dan surat an-Nas masing-masing 1 kali, sebelum melaksanakan shalat membaca istigfar. Sedangkan pada desa Jepang Pakis para warga desa merayakan tradisi ini dengan malaksanakan acara kirab pada hari selasa sebelum hari Rebo Wekasan.
Simpulan
Rebo Wekasan ini berawal dari kepercayaan pada jaman jahiliyah kuno yang menganggap bulan shafar adalah bulan Tasa’um atau kesialan. Tradisi ini masih diyakini oleh masyarakat sampai sekarang ini. Di indonesia tepatnya di wilayah Pulau Jawa sangatlah kental dengan tradisi Rebo Wekasan. Sehingga masyarakat melakukan tradisi ini dengan cara berdoa bersama pada malam rebo wekasan dan acara kirab dilakukan pada siang hari dihari selasa. Tradisi ini dilaksanakan pada bulan shafar dalam penanggalan hijriyah  islam. Tujuan dari pelaksanaan tradisi ini adalah untuk diberikan keselamatan oleh Sang Maha Kuasa dari berbagai bentuk kesialan, bencana atau penyakit. Pada setiap daerah terdapat berbagai macam cara untuk memeriahkan dan melaksanakan acara Rebo Wekasan.



DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar